Routing merupakan proses pencarian jalur dari satu jaringan ke jaringan lainnya, dimana proses pencarian jalur tersebut harus mempertimbangakan faktor efisiensi dalam proses transmisi. Proses pencarian rute tersebut menggunakan sebuah perangkat yang disebut router. Gambar dibawah mengilustrasikan fungsi sebuah router.
Suatu data yang dikirimkan oleh suatu komputer/ stasiun dari sebuah jaringan lokal, akan diteruskan oleh router komputer/ stasiun lain pada jaringan lokal tersebut, jika komputer yang dituju berada dalam satu jaringan lokal yang sama dengan pengirim. Akan tetapi, jika alamat yang dituju berada pada jaringan lain, di luar jaringan lokal pengirim, maka router akan meneruskan paket data tersebut ke jaringan lainnya yang merujuk pada alamat yang dituju. Dalam proses pengiriman paket data tersebut, router akan mencari rute terbaik untuk mencapai alamat yang dituju.
Setidaknya, ada tiga komponen penting dalam proses routing, yakni:
1. Algoritma
Yakni, alur logika dari proses transmisi data, sehingga menghasilkan rute yang paling efisien. Ada beberapa algoritma dalam proses routing.
2. Basis data
Yakni, informasi yang tersimpan di dalam routing table.
3. Protokol
Yakni, cara untuk mendistribusikan dan menyatukan paket data yang dikirim.
Routing Table
Dalam melakukan proses transmisi data, sebuah router menggunakan routing table, yakni sebuah tabel yang berisi informasi mengenai topologi jaringan yang ada di sekitar router tersebut, sehingga router dapat menentukan rute transmisi ke suatu alamat yang dituju.
Ketika suatu paket data ingin dikirimkan dari stasiun A ke stasiun B, maka router C yang terhubung dengan jaringan lokal dimana stasiun A berada akan melakukan pengecekan terhadap paket data yang dikirimkan, sehingga akan diketahui kemana paket data tersebut akan dikirimkan. Apabila destinasi yang ingin dituju, yakni stasiun B terhubung secara langsung dengan router C, maka router akan melakukan pengiriman langsung ke stasiun B. Namun, jika tidak, maka router C akan mencari rute lain yang yang bisa menghubungkan dirinya dengan router lain yang memiliki koneksi dengan alamat yang ingin dituju. Gambar dibawah mengilustrasikan sebuah routing table.
Berdasarkan cara pengelolaan routing table, routing terbagi menjadi dua macam, yakni static routing dan dynamic routing. Static routing merupakan teknik routing yang routing table-nya dikelola secara manual oleh administrator/ user. Administrator harus melakukan update pada routing table jika terjadi perubahan topologi jaringan. Dynamic routing adalah teknik routing yang routing table-nya dikelola sendiri oleh router secara otomatis. Dynamic routing umumnya digunakan untuk jaringan komputer yang luas dan kompleks.
1. Routing Statis
Cara kerja routing statis dapat dibagi menjadi 3 bagian:
- Administrator jaringan yang mengkonfigurasi router
- Router melakukan routing berdasarkan informasi dalam tabel routing
- Routing statis digunakan untuk melewatkan paket data
- Seorang administrator harus menggunakan perintah ip route secara manual untuk mengkonfigurasi router dengan routing statis.
Langkah-langkah untuk melakukan konfigurtasi routing statis adalah sebagai berikut:
- Tentukan dahulu prefix jaringan, subnet mask dan address. Address bisa saja interface local atau next hop address yang menuju tujuan.
- Masuk ke mode global configuration.
- Ketik perintah ip route dengan prefix dam mask yang diikuti dengan address seperti yang sudah ditentukan di langkah 1. Sedangkan untuk administrative distance bersifat tambahan, boleh digunakan boleh tidak.
- Ulangi langkah 3 untuk semua jaringan yang dituju yang telah ditentukan pada langkah 1.
- Keluar dai mode global configuration.
- Gunakan perintah copy running-config startup-config untuk menyimpan konfigurasi yang sedang aktif ke NVRAM.
2. Routing Dinamis
Routing protocol adalah berbeda dengan routed protocol. Routing protocol adalah komunikasi antara router-router. Routing protocol mengijinkan router-router untuk sharing informasi tentang jaringan dan koneksi antar router. Router menggunakan informasi ini untuk membangun dan memperbaiki table routingnya. Seperti pada gambar 2. Routed protocol digunakan untuk trafik user langsung. Routed protocol menyediakan informasi yang cukup dalam layer address jaringannya untuk melewatkan paket yang akan diteruskan dari satu host ke host yang lain berdasarkan alamatnya.
Contoh routed protocol :
- Internet Protocol (IP)
- Internetwork Packet Exchange (IPX)
Contoh routing protocol:
- Routing Information Protocol (RIP)
- Interior Gateway Routing Protocol (IGRP)
- Enhanced Interior Gateway Routing Protocol (EIGRP)
- Open Shortest Path First (OSPF)
- Klasifikasi Routing Protocol
Sebagian besar algoritma routing dapat diklasifikasikan menjadi satu dari dua kategori berikut:
1. Distance Vector
Routing distance vector bertujuan untuk menentukan arah atau vector dan jarak ke link-link lain dalam suatu internetwork. Sedangkan link-state bertujuan untuk menciptakan kembali topologi yang benar pada suatu internetwork.
Algoritma routing distance vector secara periodik menyalin table routing dari router ke router. Perubahan table routing ini di-update antar router yang saling berhubunganpada saat terjadi perubahan topologi. Algoritma distance vector juga disebut dengan algoritma Bellman-Ford. Setiap router menerima table routing dari router tetangga yang terhubung langsung. Pada gambar di bawah ini digambarkan konsep kerja dari distance vector.
Router B menerima informasi dari Router A. Router B menambahkan nomor distance vector, seperti jumlah hop. Jumlah ini menambahkan distance vector. Router B melewatkan table routing baru ini ke router-router tetangganya yang lain, yaitu Router C. Proses ini akan terus berlangsung untuk semua router. Algoritma ini mengakumulasi jarak jaringan sehingga dapat digunakan untuk memperbaiki database informasi mengenai topologi jaringan.
Bagaimanapun, algoritma distance vector tidak mengijinkan router untuk mengetahui secara pasti topologi internetwork karena hanya melihat router-router tetangganya. Setiap router yang menggunakan distance vector pertama kali mengidentifikasi router- router tetangganya. Interface yang terhubung langsung ke router tetangganya mempunyai distance 0. Router yang menerapkan distance vector dapat menentukan jalur terbaik untuk menuju ke jaringan tujuan berdasarkan informasi yang diterima dari tetangganya. Router A mempelajari jaringan lain berdasarkan informasi yang diterima dari router B. Masing-masing router lain menambahkan dalam table routingnya yang mempunyai akumulasi distance vector untuk melihat sejauh mana jaringan yang akan dituju. Seperti yang dijelaskan pada gambar dibawah.
Update table routing terjadi ketika terjadi perubahan toplogi jaringan. Sama dengan proses discovery, proses update perubahan topologi step-by-step dari router ke router. Gambar 6 menunjukkan algoritma distance vector memanggil ke semua router untuk mengirim ke isi table routingnya. Table routing berisi informasi tentang total path cost yang ditentukan oleh metric dan alamat logic dari router pertama dalam jaringan yang ada di isi table routing, sperti yang diterangkan oleh gambar di bawah ini.
Analogi distance vector dapat digambarkan dengan jalan tol. Tanda yang menunjukkan titik menuju ke tujuan dan menunjukkan jarak ke tujuan. Dengan adanya tanda-tanda seperti itu pengendara dengan mudah mengetahui perkiraan jarak yang akan ditempuh untuk mencapai tujuan. Dalam hal ini jarak terpendek adalah rute yang terbaik.
2. Link State
Algoritma link-state juga dikenal dengan algoritma Dijkstra atau algoritma shortest path first (SPF). Algoritma ini memperbaiki informasi database dari informasi topologi. Algoritma distance vector memiliki informasi yang tidak spesifik tentang distance network dan tidak mengetahui jarak router.
Sedangkan algortima link-state memperbaiki pengetahuan dari jarak router dan bagaimana mereka inter-koneksi.
Fitur-fitur yang dimiliki oleh routing link-state adalah:
Link-state advertisement (LSA) – adalah paket kecil dari informasi routing yang dikirim antar router
Topological database – adalah kumpulan informasi yang dari LSA-LSA
SPF algorithm – adalah hasil perhitungan pada database sebagai hasil dari pohon SPF
Routing table – adalah daftar rute dan interface
Proses discovery dari routing link-state
Ketika router melakukan pertukaran LSA, dimulai dengan jaringan yang terhubung langsung tentang informasi yang mereka miliki. Masing-masing router membangun database topologi yang berisi pertukaran informasi LSA.
Algoritma SPF menghitung jaringan yang dapat dicapai. Router membangun logical topologi sebagai pohon (tree), dengan router sebagai root. Topologi ini berisi semua rute-rute yang mungkin untuk mencapai jaringan dalam protokol link-state internetwork. Router kemudian menggunakan SPF untuk memperpendek rute. Daftar rute-rute terbaik dan interface ke jaringan yang dituju dalam table routing. Link-state juga memperbaiki database topologi yang lain dari elemen-elemen topologi dan status secara detail.
Router pertama yang mempelajari perubahan topologi link-state melewatkan informasi sehingga semua router dapat menggunakannya untuk proses update. Gambar 9 adalah informasi routing dikirim ke semua router dalam internetwork. Untuk mencapai keadaan konvergen, setiap router mempelajari router-router tetangganya. Termasuk nama dari router-router tetangganya, status interface dan cost dari link ke tetangganya. Router membentuk paket LSA yang mendaftar informasi ini dari tetangga-tetangga baru, perubahan cost link dan link-link yang tidak lagi valid. Paket LSA ini kemudian dikirim keluar sehingga semua router-router lain menerima itu.
Pada saat router menerima LSA, ia kemudian meng-update table routing dengan sebagian besar informasi yang terbaru. Data hasil perhitungan digunakan untuk membuat peta internetwork dan lagoritma SPF digunakan untuk menghitung jalur terpendek ke jaringan lain. Setiap waktu paket LSA menyebabkan perubahan ke database link-state, kemudian SPF melakukan perhitungan ulang untuk jalur terbaik dan meng-update table routing.
Titik berat yang berhubungan dengan protokol link-state :
- Processor overhead
- Kebutuhan memori
- Konsumsi bandwidth
Router-router yang menggunakan protokol link-state membutuhkan memori lebih dan proses data yang lebih daripada router-router yang menggunakan protokol distance vector. Router link-state membutuhkan memori yang cukup untuk menangani semua informasi dari database, pohon topologi dan table routing. Gambar 10 menunjukkan inisialisasi paket flooding link-state yang mengkonsumsi bandwidth. Pada proses inisial discovery, semua router yang menggunakan protokol routing link-state mengirimkan paket LSA ke semua router tetangganya. Peristiwa ini menyebabkan pengurangan bandwidth yang tersedia untuk me-routing trafik yang membawa data user. Setelah inisial flooding ini, protokol routing link-state secara umum membutuhkan bandwidth minimal untuk mengirim paket-paket LSA yang menyebabkan perubahan topologi.
Penentuan Jalur
- Router menggunakan dua fungsi dasar:
- Fungsi penentuan jalur
- Fungsi switchinG
Penentuan jalur terjadi pada layer network. Fungsi penentuan jalur menjadikan router untuk mengevaluasi jalur ke tujuan dan membentuk jalan untuk menangani paket. Router menggunakan table routing untuk menentukan jalur terbaik dan kemudian fungsi switching untuk melewatkan paket.
Konsep Link State
Dasar algoritma routing yang lain adalah algoritma link state. Algoritma link state juga bisa disebut sebagai algoritma Dijkstra atau algoritma shortest path first (SPF).
Konfigurasi Routing
Untuk menghidupkan protokol routing pada suatu router, membutuhkan seting parameter global dan routing. Tugas global meliputi pemilihan protokol routing seperti RIP, IGRP, EIGRP atau OSPF. Sedangkan tugas konfigurasi routing untuk menunjukkan jumlah jaringan IP. Routing dinamis menggunakan broadcast dan multicast untuk berkomunikasi dengan router-router lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar